Sabtu, 30 Oktober 2010

Krisis Keuangan Global 2008 Beda Loh Dengan Krisis Keuangan 1997



          Krisis keuangan 1997 melanda sebagian negara Asia. Ada pun yang terkena krisis antara lain: Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina, Korea Selatan. Krisis ini tidak meluas ke bagian dunia yang lain.
Akibat krisis ini nilai tukar di negara-negara terdampak jatuh sehingga membuat negara dan perusahaan yang memiliki hutang luar negeri jatuh miskin. Industri dengan bahan baku impor bangkrut. Cerita bahagianya, petani kopi dan eksportir Indonesia mendapat rejeki nomplok akibat penurunan nilai tukar rupiah.

              Krisis keuangan global 2008 dimulai dari Amerika. Berbeda dari krisis keuangan 1997 yang berdampak lokal, krisis 2008 meluas ke hampir seluruh belahan dunia. Bursa saham berjatuhan. Perusahaan-perusahaan keuangan multinasional bangkrut. Banyak perusahaan di AS akan melakukan pengurangan pekerja.
Akibat krisis keuangan di AS, para investor portfolio di bursa saham menarik dananya. Akibatnya, bursa saham rontok semua dan kini nilai tukar mata uang asia ikut rontok. Nilai tukar rupiah terhadap dolar sempat mencapai level Rp12.000 per USD1.
Sayangnya, rontoknya nilai tukar rupiah tidak dibarengi dengan naiknya ekspor karena pasar utama tujuan ekspor Indonesia, yaitu AS, sedang bangkrut. Bahkan, saat ini harga komoditas pertanian dan pertambangan jatuh. Harga batubara jatuh, harga kopi jatuh. Harga CPO jatuh. Harga minyak mentah pun turun ke tingkat USD60-an per barel. Harga-harga komoditi berjatuhan karena Amerika dan Eropa bangkrut dan tidak mampu membeli.

              Indonesia mengalami akibat dari krisis yang bermula dari Amerika itu. Akibat yang dirasakan adalah rontoknya bursa saham karena lebih dari 60% saham dimiliki oleh orang asing. Rupiah melemah karena adanya penarikan dana dari pemilik modal yang bangkrut. Ekspor menurun karena permintaan dari negara tujuan ekspor juga turun. Keuntungan Indonesia adalah karena pasar modal dan pasar uang di Indonesia masih kuno. Penduduk Indonesia yang bermain di bursa saham masih kurang dari 30% dan ekonomi nasional masih didominasi oleh transaksi riil, bukan transaksi derivatif. Hal ini berbeda dengan Jepang dan Singapura yang langsung ikut rontok sebagai imbas krisis ekonomi 2008.

Beruntung dan bersyukurlah bahwa pasar modal dan pasar uang Indonesia masih kuno sehingga dampak krisis global 2008 tidak menerpa kita hingga rontok.
hihihihihihihihihi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar